Kendala Implementasi QR Pembelian Bensin Pertalite
Kota Cimahi, Suara Pakta.Com -Kebijakan baru terkait penggunaan Quick Response Code (QR ) untuk pembelian bensin jenis Pertalite di wilayah Jawa Barat menghadapi sejumlah kendala teknis. Kebijakan ini dimulai pada minggu ketiga bulan Agustus dan merupakan langkah kedua setelah penerapan serupa pada tahun 2022.
Menurut Andriansyah selaku pengawas SPBU Pesantren mengungkapkan, salah satu masalah yang dihadapi adalah lambatnya verifikasi kode OTP dan foto kendaraan, yang dapat menghambat proses pendaftaran pengguna.
Ia mengaku bahwa masyarakat juga melaporkan adanya kesulitan saat pengajuan jika Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) hilang, di mana Pertamina menolak pengajuan tersebut demi alasan keamanan.
" Hal ini menyebabkan kekhawatiran, terutama bagi mereka yang BPKB-nya digadaikan, karena sulit untuk mengambil dokumen tersebut di tempat gadai." kata Andiansyah saat ditemui dikantornya pada Selasa (03/09/24).
Andriansyah menjelaskan sosialisasi mengenai sistem QR RIS ini dilakukan dua minggu sebelum bulan September, melibatkan empat cluster SPBU yang diatur oleh Pertamina. Mulai tanggal 31 Agustus, sistem akan diterapkan secara bertahap dengan fokus pada SPBU-SPBU utama.
" Dari segi pendaftaran, perubahan kebijakan juga terlihat signifikan. Sebelumnya, satu email dapat digunakan untuk mendaftarkan beberapa NIK, namun saat ini, setiap NIK harus didaftarkan dengan email yang berbeda." ujarnya.
Selain itu, persyaratan pendaftaran kini hanya mencakup KTP, STNK, dan data kendaraan, serta pengisian data diri dan foto STNK, termasuk nomor rangka dan mesin. Proses verifikasi mencakup tiga tahap: verifikasi data diri, login, dan verifikasi kendaraan, yang semuanya dilakukan melalui website Pertamina.
" Dengan adanya kendala-kendala ini, diharapkan Pertamina dapat segera menemukan solusi agar proses pembelian bensin Pertalite dapat berjalan lancar dan aman bagi seluruh masyarakat." tandasnya.
Sementara itu seorang warga, Ahmad Purnama (63) juga mengeluhkan penggunaan kode QR yang tidak praktis, terutama saat tergesa-gesa dan dalam situasi darurat.
"Kalau lagi buru-buru, kurang efektif harus buka aplikasi dulu dan lain-lain. Dulu kan sebelum ada ini, tinggal cash saja," ucap Ahmad. ( Rustandi)
Posting Komentar