Pahitnya Perjuangan Dua Ibu Pahlawan Kebersihan di Balik Gemerlap Kota Cimahi
Kota Cimahi, Suara Pakta.Com – Di tengah riuhnya kendaraan yang berlalu-lalang setiap pagi, ada kisah tentang harapan dan perjuangan dua sosok wanita yang tak kenal lelah membersihkan jalanan Cimahi.
Mereka adalah Calisah (45) dan Siti (45), dua tukang sapu yang menyimpan harapan sederhana bagi masa depan yang lebih baik.
Calisah telah bekerja sebagai tukang sapu sejak tahun 2005. Baginya, pekerjaan ini bukanlah pilihan hidup, tetapi kebutuhan untuk menyambung hidup keluarganya.
“Yang mendorong saya jadi tukang sapu ingin ada penghasilan ajah setiap bulannya untuk mencukupi biaya keluarga,” ujarnya, pada media (23/08/2024).
Setiap hari, mulai pukul lima pagi hingga sebelas siang, Calisah berdiri di pinggir jalan, menghadapi debu dan risiko kecelakaan.
"Tantangan saya takut ketabrak kendaraan saja karena saya kan kerja di pinggir jalan,” tambahnya dengan sorot mata yang tenang, meski jelas tersirat kecemasan di balik kata-katanya.
Di tengah ketidakpastian dan tantangan yang dihadapinya, Calisah hanya bisa berharap ada perubahan yang lebih baik.
“Harapan saya ke depannya ingin ada perubahan ajah, dan kemajuan kalau gajih saya lumayan ajah cukup buat keluarga,” katanya, menyiratkan betapa penghasilan yang ia dapatkan belum cukup untuk mengangkat kehidupan keluarganya ke taraf yang lebih baik.
Calisah, yang tinggal di Kelurahan Cibeber bersama suami dan dua anaknya, menggantungkan mimpinya pada penghasilan sebagai tukang sapu.
Meskipun ia tidak mengeluh, ada harapan yang selalu ia simpan, berharap bahwa kerja kerasnya suatu hari akan mendapatkan penghargaan yang lebih layak.
Berbeda dengan Calisah, Siti juga memulai pekerjaannya sebagai tukang sapu di lingkungan Pemkot Cimahi sejak tahun 2016. Siti asli dari Lampung, kini mengontrak di belakang Pemkot bersama kedua anaknya.
"Saya sudah tidak punya suami, jadi harus bekerja untuk anak-anak,” katanya dengan nada yang berusaha tetap kuat.
Siti mengungkapkan bahwa menjadi tukang sapu membuatnya merasa senang karena pekerjaan ini sederhana dan tidak terlalu berat, namun tantangan tetap ada.
“Tantangannya sama yah, takut ketabrak kendaraan,” tuturnya sambil tersenyum kecil.
Meski begitu, harapannya masih sama seperti Calisah—sebuah keinginan yang mendalam untuk membahagiakan keluarganya melalui kerja kerasnya.
“Harapannya mudah-mudahan dengan bekerja seperti ini bisa membahagiakan keluarga terutama anak-anak,” katanya dengan nada penuh cinta.
Dua wanita ini, dengan segala kesederhanaannya, adalah cerminan dari ribuan pekerja di jalanan yang mungkin jarang mendapatkan perhatian.
Mereka bekerja di balik kesibukan kota, mengorbankan kenyamanan demi sedikit penghasilan yang belum tentu cukup untuk kehidupan yang layak. Namun di tengah semua itu, mereka tetap berharap, berharap akan perubahan yang akan membawa kesejahteraan bagi mereka dan keluarga.
Cerita Calisah dan Siti adalah potret kecil dari perjuangan besar para pekerja jalanan yang hingga kini masih harus bertarung dengan ketidakpastian dan harapan yang terkadang terlalu jauh untuk dijangkau. Meski begitu, di balik sapuan sapu mereka, tersimpan kekuatan dan keikhlasan yang mungkin tidak pernah kita sadari. (Rustandi)
Posting Komentar