Keberadaan Gepeng di Cimahi Sulit Terpecahkan, Dibutuhkan Peranserta dari Pengguna Jalan
CIMAHI-SUARAPAKTA.COM || Fenomena keberadaan gelandangan dan pengemis (Gepeng) di kota-kota besar di Indonesia. Sepertinya sudah menjadi permasalahan yang sudah umum dihadapi oleh Pemerintah Daerah dan sulit terpecahkan. Hal ini pun menjadi permasalahan tersendiri yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Cimahi.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kota Cimahi, Ahmad Saefulloh. Menurutnya, walaupun sudah ada upaya dari Pemerintah Kota Cimahi untuk mengurangi populasi Gepeng di jalanan Kota Cimahi.
“Seperti Razia gabungan terhadap penyakit masyarakat, penjangkauan rutin dan pembinaan anak jalanan yang rutin dilaksanakan setiap hari Jumat oleh Dinas Sosial,” ujar Ahmad saat dikonfirmasi, di kantornya, Jum’at (5/5/2023).
Namun, keberadaan Gepeng di Pusat Kota Cimahi, kata Ahmad Saefulloh, seakan tidak pernah berkurang dari hari ke hari, mereka datang dan pergi, berpindah tempat kemudian kembali lagi, menghilang sementara kemudian muncul lagi atau diganti dengan gepeng lainnya.
“Ada juga yang datang dengan cara bergerombol datang pagi dan pulang sore, berasal dari suatu wilayah di luar kota Cimahi, dikoordinir oleh pihak tertentu, di drop di sekitar RS Dustira, kemudian menyebar ke seluruh wilayah yang dianggap strategis,” katanya.
Seperti di bawah jembatan/ flyover Cimindi seputar masjid ABRI dan rel kereta api Baros, Jalan Ganda Wijaya, Jalan Amir Machmud atau di jalan Gatot Subroto dan tempat lainnya.
Ahmad Saefulloh, sebagai Kepala Dinas Sosial menanggapi fenomena Keberadaan Gelandangan Pengemis di Kota Cimahi, perlu adanya upaya komprehensif dan holistik dari berbagai pihak agar permasalahan gepeng di Kota Cimahi dapat diselesaikan dengan tuntas.
“Untuk kasus Gelandangan dan pengemis di Kota Cimahi, setidaknya ada 2 faktor penyebab, mengapa seseorang menjadi gelandangan atau pengemis, yaitu faktor internal dan faktor ekternal,” terang Ahmad.
Karena yang paling banyak ditemukan di Kota Cimahi adalah Gepeng faktor internal, yaitu alasan menggelandang dan mengemis itu adalah karena faktor kemiskinan, tingkat Pendidikan yang rendah, tidak mempunyai keterampilan cukup dan sikap mental yang gampang menyerah dan tidak mau berubah.
Secara tegas, Ahmad mengharapkan kepada masyarakat dan para pengguna jalan, diharapkan bantuannya agar tidak memberi uang kepada Gepeng, karena dengan cara memberi uang kepada mereka berarti akan membuat mereka betah dan nyaman menjadi Gepeng, tidak mau berusaha mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih layak bagi kemanusiaan, akan terus menambah populasi Gepeng di jalan-jalan,
“Yang perlu diingat bahwa memberi uang kepada gepeng tidak menyelesaikan permasalahan Gepeng, tetapi menambah rumit proses penanganan Gepeng itu sendiri.” tegasnya.
Ahmad juga memberikan solusi bagi masyarakat yang ingin menyalurkan sumbangan atau sedekahnya, bisa disalurkan melalui Lembaga resmi dan terpercaya, seperti Baznas, Yayasan atau panti sosial yang banyak tersebar di wilayah kota Cimahi atau bisa menghubungi Dinsos untuk info Yayasan/ Panti sosial yang ada di Kota Cimahi.
“Untuk menyelesaikan permasalahan Gepeng dan anak jalanan di Kota Cimahi, perlu di bangun kolaborasi dengan berbagai stakeholders dan para pihak lainnya, baik dari pemerintahannya sendiri, akademisi, Dunia usaha, komunitas-komunitas dan media massa,” ucapnya.
Karena pihak Dinsos Kota Cimahi, sudah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti dengan disdik (Pendidikan luar sekolah), komunitas (organisasi pengusaha, LSM, Karang Taruna, PSM, RBM, Yayasan dan LKS) serta masyarakat lainnya, untuk berkolaborasi menyelesaikan permasalahan gepeng sampai ke akarnya,
“Walaupun memerlukan proses yang Panjang dan terus menerus, namun proses ini harus ditempuh agar terwujud masyarakat yang adil dan bermartabat.” katanya.
Berdasarkan hasil asesmen terhadap beberapa orang penyandang masalah Gepeng yang terjaring Razia, di Kota Cimahi, ada beberapa faktor penyebab, antara lain:
Karena kesulitan ekonomi menyebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan terbatasnya akses pada pelayanan umum, Pendidikan yang rendah menjadi kendala untuk memperoleh pekerjaan yang layak, tidak mempunyai keterampilan kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan atau tidak mampu bersaing di pasar kerja.
” Juga masalah sosial budaya. Beberapa fakta sosial budaya yang mengakibatkan seseorang menjadi gelandangan dan pengemis antara lain, rendahnya harga diri/ tidak punya rasa malu, sikap pasrah pada nasib tidak mau berubah dan sudah merasa nyaman hidup menggelandang dan mengemis karena didikan dari orang tuanya, memperoleh uang tidak perlu dengan bekerja keras,”jelasnya.
Dari ke empat faktor ini, terlihat jelas di mana titik fokus penanganan yang bisa dilakukan oleh semua pihak agar masalah gepeng dapat diselesaikan dengan tuntas.
(Adang )
Posting Komentar