Dinkes Cimahi Melakukan Penyemprotan Fogging Antisipasi Demam Berdarah
CIMAHI – SUARAPAKTA.COM || Selama Januari hingga Juli 2023, Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kota Cimahi mencatat 123 kasus dengan dua di antaranya meninggal dunia. Untuk itu, warga diminta mewaspadai penyakit akibat sengatan nyamuk aedes aegypti ini.
Upaya pencegahan terus dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi. Di antaranya fogging seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan.
“Ada 123 orang kena DBD tersebar di beberapa kelurahan, dua orang di antaranya meninggal dunia dengan usia remaja,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kota Cimahi, Mohammad Dwihadi Isnalini saat terkoneksi, Jumat 7 Juli 2023.
Menurut Dwihadi , kasus DBD biasanya meningkat saat musim hujan.
“Tapi kan sekarang belum bisa di prediksi. Malah kalau hujan berhenti terus dan hujannya seminggu lagi ini akan lebih merepotkan, karena genangan air akan menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk,” bebernya.
Untuk itu diminta meminta warga tetap waspada. Apalagi, Kota Cimahi merupakan daerah endemis DBD, yang artinya selalu ada temuan setiap tahunnya.
Pencegahan bisa dilakukan mulai dari rumah dan lingkungan sekitar dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan menjalankan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang bertugas melakukan PSN di rumahnya masing-masing.
“Juga menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, menggunakan lotion anti nyamuk, dan memelihara ikan pemakan jentik seperti cupang dan guppy,” katanya.
Jentik nyamuk biasanya berkembang biak di genangan-genangan air. Jika PSN dijalankan dan tidak membiarkan genangan air, kasus DBD dapat dicegah.
“Untuk warga kami juga mengimbau lakukan 3M yaitu menguras, membersihkan dan melengkapi wadah yang bisa menampung air. Kita harus membersihkan dan menguras bak mandi, karena sering sekali nyamuk masuk ke dalam rumah. Lalu bersihkan jika di lingkungan atau di rumah kita ada pot-pot yang ada genangan air. Ban bekas, botol air mineral itu kalau bisa dibersihkan dan dibuang. Jangan sampai ada genangan air, itu intinya,” jelas Dwihadi.
Pihaknya juga tetap melakukan fogging berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi (PE) di wilayah terjadinya serangan DBD.
“Kalau ada laporan terkait DBD, bisa ke dinas atau puskesmas. Nanti akan di PE oleh surveilans puskesmas. Setelah ada hasil laporan baru kita jadwalkan untuk fogging. Fogging sebenarnya kurang efektif, karena hanya membunuh nyamuk dewasa, tapi jentik tidak. Sehingga jentik akan menjadi nyamuk dewasa juga,” ingat Dwihadi.***
Posting Komentar